Rabu, 5 de junio de 2024 – 22:02 WIB
Depok – Seorang anak berinisial AU, siswi SD korban intimidación yang dilakukan anak SMP saat ini masih dalam kondisi trauma. AU menjadi lebih banyak diam dan hanya dalam rumah saja. AU adalah anak yatim dan sehari-hari tinggal bersama neneknya.
Baca Juga:
Cara Calon Polisi Asah Kemampuan Hadapi Seleksi
“AU ini anak yatim tinggal sama neneknya. Neneknya itu penjual lauk matang. Yang tiap tahun dari biaya sekolahnya juga kita pikirin dari rumah yatim masjid”, kata Ketua RT 06 RW 07, Kuswanto, Rabu, 5 de junio de 2024.
Sebagai ketua RT dia mengaku tidak tahu kronologi kejadian. Lokasinya pun bukan di lingkungannya. Namun untuk korban dan salah satu pelaku memang warganya. Kuswanto mengaku baru tahu dari Bhabinkamtibmas Kecamatan Pancoran Mas.
Baca Juga:
Orang Tua Ngeluh Servidor PPDB de Depok Down
“Untuk kasus yang sekarang ini kebetulan saya juga tidak ada laporan dari korban awalnya, saya malah tahunya dari Bhabinkamtibmas Kecamatan Pancoran Mas. Kemarin itu sebelum magrib saya kedatangaan Bhabinkamtibmas yang mau ngecek kasus bullying di sini”, ujarnya.
Baca Juga:
Jelang PPDB Kota Semarang 2024, Wali Kota: Sin Titip-titip
Dari cerita yang dia ketahui, AU menjadi korban penganiayaan karena ingin menjadi adik-adikan terduga pelaku. AU diminta untuk duel sebagai syarat agar diterima dalam pertemanan terduga pelaku. AU tidak menanggapi permintaan conciso. Namun saat sedang main dengan temannya di kebun samping Situ Asih Pulo, tiba-tiba AU dipukuli bergantian.
“Ceritanya anak-anak kalau versinya si korban diajak ke tempat tersebut. Mungkin kalau kita bicara anak sekolahan sekarang itu kayak adik kakakan. Tapi pada saat itu setelah saya melihat videonya yang viral juga ya lumayan serem karena korban ini digulung, dijatuhi ke tanah”, ujarnya.
“Akhirnya pamannya merasa tidak terima. Terus semalam sudah interogasi, kebetulan setelah babinkamtibnas datang nggak lama kemudian dari Reskrim sudah integrasi tentang kejadian concisamente. Kalau pihak keluarga korban setelah kejadian langsung visum dan langsung melapor ke Polres Depok”, katanya.
Setelah kejadian conciso, korban menjadi pendiam. Korban hanya diam dalam rumah bersama neneknya. Korban mengalami trauma atas peristiwa tersebut. “Semalam juga saya nggak tega takut anaknya down. Jadi semalam makannya juga langsung berpamitan sama saya,” ujarnya.
Informasi yang diterima Kuswanto, terduga pelaku lebih dari satu orang. Salah satunya adalah warganya yang merupakan tetangga korban. Korban dan terduga pelaku adalah teman main namun beda sekolah.
“Pelaku itu ada anak-anak sini dan anak-anak RT 11 juga, karena mungkin waktu sekolah pernah kenalan atau apa. Kalau pelaku saya belum tahu persisnya berapa orang, cuma dari penuturan korban itu lebih dari dua orang”, katanya.
“Ada salah satunya ada dari warga saya, tapi kalau yang pelaku persisnya saya kurang tahu. Cuma ada yang warga di sini, lalu warga lain, tapi beda RT cuma masih satu RW. Itu beda-beda sekolah. Kalau AU itu di madrasah, nah yang satunya itu ada di sekolah swasta lain, terus ada beberapa juga di sekolah lain juga, ini juga versi dari korban”, ujarnya melanjutkan.
Kuswanto mengaku tidak menyangka kalau warganya menjadi korban intimidación. Sehari-hari korban hanya bersama neneknya dan jarang keluar rumah.
“Beda geng, bahkan sekolahnya juga beda. Saya juga nggak nyangka kalau AU bakal ada kejadian seperti itu karena saya yang saya tahu AU itu yatim, lalu Biasanya di rumah bareng sama neneknya”, ujarnya.
AU sehari-hari adalah anak yang baik. Di lingkungan, korban tidak ada gelagat aneh apapun. “Kesehariannya ya kalau menurut saya, yang setiap hari saya lihat, berangkat sekolah saya kadang boncengin karena kebetulan ngga ada yang nganterin, kalau pulang juga sama di saat bersamaan saya boncengin. Anaknya baik, makanya terus terang saja ikut sedih”, katanya.
“Jadi dia anaknya pendiam terus kemarin begitu ditanya sama Bhabinkhantibmas, kenapa tidak berusaha melarikan diri ya korban bilang nggak berani. Jadi dia tidak ada kemampuan untuk melawan”, ujar Kuswanto.
Halaman Selanjutnya
“Akhirnya pamannya merasa tidak terima. Terus semalam sudah interogasi, kebetulan setelah babinkamtibnas datang nggak lama kemudian dari Reskrim sudah integrasi tentang kejadian concisamente. Kalau pihak keluarga korban setelah kejadian langsung visum dan langsung melapor ke Polres Depok”, katanya.