Home Noticias ¡UPS! Harga Properti di Bali Makin Mahal, Ternyata Ini Pemicunya

¡UPS! Harga Properti di Bali Makin Mahal, Ternyata Ini Pemicunya

154
0
ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab


sábado, 1 de junio de 2024 – 04:30 WIB

VIVA – Hasil Survei Harga Properti Residensial (SHPR) Bank Indonesia Provinsi Bali mengindikasikan harga propertyti residensial di pasar primer, saat pertama kali rumah diperjual-belikan mengalami peningkatan.

Baca Juga:

Intip Strategi Summarecon Agung Bangun Kawasan Kota Terpadu di Timur Indonesia

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Erwin Soeriadimadja menyampaikan, peningkatan harga propertyti residensial tercermin dari perkembangan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) triwulan I 2024 tumbuh sebesar 1,48% yoy dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

“Kenaikan ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,43% interanual”, kata Erwin, Jumat, 31 de mayo de 2024.

Baca Juga:

Cara Cepat Dapat Dana dari Investasi, Generación Z Pilih Mana?

Peningkatan IHPR didorong oleh kenaikan harga di tiga tipe propertyti. Yakni, tipo kecil dengan luas bangunan? 36 m2 meningkat sebesar 1,77% interanual.

Ilustración de la residencia de primavera de hunian

Baca Juga:

Dólar AS Sempat Tembus Rp16.200, Jokowi: Kita Ketar-ketir, Agak Ngeri Juga

Tipo menengah luas bangunan antara 36 m2 sampai dengan 70 m2 meningkat hingga 2,13% interanual.
Dan tipo besar dengan luas bangunan > 70 m2, meningkat 1,07%.

Peningkatan itu lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing meningkat sebesar 0,90%
(interanual), 0,19% (interanual) y 0,33% (interanual).

SHPR merupakan survei triwulanan terhadap sampel pengembang proyek perumahan (desarrollador) di Provinsi Bali. “Peningkatan harga propertyti residensial pada triwulan I 2024 diperkirakan dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan bangunan”, jelasnya.

Selain itu, kenaikan harga propertyti residencial juga dipengaruhi oleh peningkatan penjualan rumah di pasar primer selama triwulan I 2024 yang masih tumbuh sebesar 14% interanual, terutama ditopang oleh penjualan tipe rumah kecil dan besar, meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 21% Yo.

Meskipun penjualan propertyti residensial terus tumbuh, namun terdapat sejumlah faktor-faktor utama yang menghambat pengembangan maupun penjualan propertyti residensial primer di Bali, antara lain, kenaikan harga bangunan 23,62%, masalah perizinan 14,91%, Suku bunga KPR (13,48 %), dan proporsi uang muka yang tinggi dalam pengajuan KPR 10,89%.

“Selain itu, SHPR juga menunjukkan bahwa pembiayaan pembangunan propertyti residensial di Bali bersumber dari dana perbankan sebesar 45,00%, dana internal pengembang sebesar 43,75%, dan sisanya dari dana konsumen”, kata Erwin.

Sementara itu, dari sisi konsumen, skema pembiayaan dalam pembelian rumah primer mayoritas menggunakan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dengan pangsa sebesar 76,92 persen dari total penjualan.

Halaman Selanjutnya

SHPR merupakan survei triwulanan terhadap sampel pengembang proyek perumahan (desarrollador) di Provinsi Bali. “Peningkatan harga propertyti residensial pada triwulan I 2024 diperkirakan dipengaruhi oleh kenaikan harga bahan bangunan”, jelasnya.

Halaman Selanjutnya





Fuente