Home Noticias Gimnasia Indonesia Bangga dengan Perjuangan Rifda Irfanaluthfi di Olimpiade 2024

Gimnasia Indonesia Bangga dengan Perjuangan Rifda Irfanaluthfi di Olimpiade 2024

34
0
Gimnasia Indonesia Bangga dengan Perjuangan Rifda Irfanaluthfi di Olimpiade 2024
ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab ab

Selasa, 30 de julio de 2024 – 01:49 WIB

VIVA – Pengurus Persatuan Senam Indonesia (Gimnasia Indonesia) miembros apresiasi atas kerja keras Rifda Irfanaluthfi dan pelatih Eva Butarbutar di Olimpiade 2024 París.

Lea también:

Lolos ke Perempat Final Olimpiade 2024, Fajar/Rian Bidik Estado Juara Grup

Perjuangan yang telah ditunjukkan dalam membuat sejarah pertama bagi gimnasia Merah Putih di Olimpiade telah menjadi inspirasi bagi banyak orang.

Ketua Gymnastics Indonesia Ita Yuliati mengatakan perjalanan Rifda untuk menyandang status Olympian pertama dari cabang olahraga gimnasia penuh dengan lika-liku.

Lea también:

Panitia Penyelenggara Olimpiade París 2024 Minta Maaf Atas Dugaan Penistaan ​​Agama Kristen

Bahkan, dara 24 tahun ini harus berjuang menahan rasa sakit akibat cedera ketika tampil di Bercy Arena, París, Prancis, Minggu 28 de julio de 2024.

“Alhamdulillah Rifda sudah menyelesaikan penampilannya di Olimpiade Paris 2024. Saya sebagai Ketua Umum Gymnastics Indonesia bersyukur bahwa akhirnya perjuangan kita semua untuk mengusung Rifda ke Olimpiade telah berhasil”, kata Ita.

Lea también:

Shin Tae-yong Sempat Minta Pulang dari Rumah Sakit Lebih Cepat Demi Timnas Indonesia

“Rifda telah secara sah menyandang gelar sebagai olímpico. Perjalanan menuju Olimpiade itu yang harus kita apresiasi bersama karena tidak mudah untuk bisa mencapai Olimpiade, seperti saat ini”, sambungnya.

Di Olimpiade Paris, Rifda hanya tampil di nomor barras asimétricas (palang bertingkat) di Olimpiade Paris. Ini dikarenakan kondisinya yang belum pulih dari cedera.

Tiga pekan sebelum Olimpiade, lutut Rifda bengkak pada saat campo de entrenamiento en Heerenveen, Belanda.

Seiring berjalannya waktu, kondisi Rifda semakin membaik karena sudah sempat mencoba empat alat saat latihan. Hanya saja karena belum pulih 100 persen, pelatih akhirnya menentukan hanya akan turun di tiga alat.

Setibanya di Paris, tepatnya ketika menjalani sesi latihan, Rifda mengalami cedera saat melakukan lompatan di vaulting. Penanganan telah dilakukan secara maksimal oleh para dokter Tim Indonesia.

Namun, kondisinya memang belum bisa pulih 100 persen, sehingga masih merasa sakit dan tidak memungkinkan turun di tiga alat.

Rifda tetap memutuskan untuk menuntaskan penampilannya di Olimpiade, meski ia masih harus dibantu pelatih, baik untuk berjalan jauh ke place pertandingkan ataupun di sekitar field of play. Rifda tampil di satu alat yaitu barras asimétricas, meskipun tidak rutina completa terutama pada desmontar.

“Terlepas dari performance yang tidak sempurna, saya tetap mengapresiasi dan salut atas perjuangan Rifda dan Coach Eva. Selama bertahun-tahun, mereka berkerja keras untuk mewujudkan cita-citanya untuk menjadi gimnasta Indonesia pertama dari Indonesia yang tampil di Olimpiade”, ujar Ita.

“Saya berterima kasih kepada semua pihak, yakni Kemenpora dan Mas Menpora Dito Ariotedjo, Komite Olimpiade Indonesia dan Presiden Raja Sapta Oktohari, Chef de Mission Anindya Bakrie, KONI Pusat, dan semua pihak yang tak bisa saya sebutkan satu per satu”, ucap Ita.

Kini, lanjut Ita, tantangan ke depan tidaklah mudah, Gymnastics Indonesia harus bisa melanjutkan torehan sejarah yang telah tercatat di Paris.

“Tugas kita bersama selanjutnya adalah mempersiapkan Tim Gymnastics Indonesia untuk turun di 53º Campeonato Mundial de Gimnasia Artística FIG 2025 di Yakarta y Olimpiade 2028 Los Ángeles dan ini sudah kami persiapkan dari sekarang”, pungkas Ita.

Página de inicio

Setibanya di Paris, tepatnya ketika menjalani sesi latihan, Rifda mengalami cedera saat melakukan lompatan di vaulting. Penanganan telah dilakukan secara maksimal oleh para dokter Tim Indonesia.



Fuente