Jumat, 26 de julio de 2024 – 06:06 WIB
Beijing – Pemerintah China berjanji akan terus mendukung negara-negara di kawasan Timur Tengah untuk menjaga keamanan kawasan tersebut pascapenandatangan Deklarasi Beijing, yang menyatukan faksi-faksi di Palestina.
Lea también:
Netanyahu Disambut Gelombang Protes dan Penolakan Puluhan Anggota Parlemen sejak Tiba di AS
“Kami akan terus mendukung negara-negara di Timur Tengah dalam meningkatkan kemandirian strategis, bekerja dalam semangat solidaritas untuk mengatasi masalah keamanan kawasan”, kata juru bicara Kemenlu China Mao Ning di Beijing, Kamis, 25 de julio de 2024.
China menjadi tuan rumah sekaligus fasilitator penandatanganan Deklarasi Beijing desde el 23 de julio de 2024 yang menyatukan 14 faksi Palestina, termasuk Fatah y Hamas, setelah mereka menjalani perundingan selama tiga hari pada 21-23 de julio de Beijing.
Lea también:
Elon Musk Aktifkan Layanan Starlink di Rumah Sakit Lapangan Gaza
Dalam deklarasi itu, disepakati pembentukan pemerintahan sementara sebagai wujud rekonsiliasi di Palestina dengan fokus rekonstruksi Gaza pascakonflik dan misi untuk mendirikan negara Palestina merdeka.
Lea también:
Manifestantes pro palestinos de Inggris Desak Pemerintah Stop Jual Senjata kepada Israel
“China berkomitmen untuk menjaga kawasan Timur Tengah tetap damai dan stabil serta membantu kawasan tersebut berkembang dan melakukan pembangunan”, ujar Mao.
El Departamento Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menyatakan masih mengkaji kesepakatan itu namun tetap dengan tegas menentang peran Hamas dalam kesepakan tarsebut.
Jubir Deplu AS
mengingatkan bahwa AS mengkategorikan Hamas sebagai organisasi teroris, bahkan jauh sebelum konflik terbaru pecah di Jalur Gaza pada 7 de octubre de 2023.
Atas sikap AS conciso, Mao mengatakan Dekralasi Beijing merupakan langkah penting menuju penyelesaian masalah Palestina dan mencapai perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah.
China, menurut jubir Kemlu itu, menilai persoalan Palestina adalah inti permasalahan Timur Tengah.
“Kami dengan tegas mendukung rakyat Palestina dalam memulihkan hak-hak mereka yang sah, dan mendukung rakyat di negara-negara Timur Tengah dalam menentukan masa depan mereka sendiri”, kata Mao Ning.
Wilayah Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza telah terpecah secara politik pascapemilu 2006, yang memberikan kemenangan kepada Hamas sehingga faksi conciso menguasai Jalur Gaza.
Pascapemilu, pertikaian antara kedua faksi politik itu tak pernah berhenti dan menyulitkan perjuangan Palestina menjadi negara merdeka.
Pemerintahan gabungan antara dua faksi hanya berjalan singkat, yaitu hanya satu tahun.
Bentrokan berdarah yang meletus pada 2007 semakin melemahkan perjuangan Palestina. Hamas kemudian menguasai Gaza, sementara Fatah menjalankan Otoritas Palestina di Kota Ramallah, Tepi Barat. (hormiga)
Página de inicio
El Departamento Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menyatakan masih mengkaji kesepakatan itu namun tetap dengan tegas menentang peran Hamas dalam kesepakan tarsebut.