Kamis, 25 de julio de 2024 – 15:05 WIB
VIVA Tecnología – Belakangan ini, fenómenos de “fuga de cerebros” que semakin menjadi topik hangat dalam diskusi tenaga kerja global.
Lea también:
MIND ID Kasih Bukti Transformasi SDM Perusahaan Sejalan dengan Kementerian BUMN
Istilah ini merujuk pada perpindahan tenaga kerja terampil dari satu daerah ke daerah lain atau lebih seringnya dari suatu negara ke negara lain untuk mencari peluang karier yang lebih baik atau standar hidup yang lebih tinggi.
Biasanya, para profesionales seperti dokter, ilmuwan, insinyur, dan tenaga kesehatan yang terlibat dalam fenomena ini.
Lea también:
Dukung Pertumbuhan dan Perkembangan, Kementerian PUPR Gelar Konstruksi Indonesia 2024
Dampak dari “fuga de cerebros” bisa sangat merugikan, terutama ketika negara asal kehilangan tenaga ahli yang penting bagi perkembangan industrinya, sehingga pertumbuhan ekonomi pun terhambat.
Menurut data dari The Global Economy Human Flight Brain Drain Index, Indonesia menempati posisi keempat di Asia Tenggara dalam hal migrasi individu berketerampilan tinggi antara tahun 2007 hingga 2023. Laporan “Decoding Global Talent 2024: Tren Mobilitas Pekerja” oleh Jobstreet by SEEK mengungkapkan bahwa banyak profesional Indonesia mencari peluang karir yang lebih baik di luar negeri, dengan Australia, Jepang, dan Singapura sebagai tujuan utama mereka.
Lea también:
Begini Cara Bupati Nina Agustina Pastikan Pemuda Indramayu Gampang Dapat Kerja
Alasan utama di balik migrasi ini adalah kesempatan kerja yang lebih baik, kualitas hidup yang lebih tinggi, dan pendapatan yang lebih besar.
Dampak negatif dari “fuga de cerebros” sangat terasa di berbagai sektor. Kekurangan tenaga ahli terampil dapat memperburuk struktur ketenagakerjaan, menghambat kemajuan industri, dan pada akhirnya, menghalangi pertumbuhan ekonomi.
Fenomena ini juga bisa menggagalkan tujuan jangka panjang Indonesia, seperti visi Indonesia Emas 2045.
Keterbatasan lapangan kerja yang memadai serta kualitas pekerjaan yang tidak memadai mendorong para talento terbaik untuk mencari peluang di luar negeri.
Para mengatasi masalah ini, Jobstreet by SEEK menawarkan beberapa rekomendasi bagi perusahaan dalam strategi rekrutmen dan retensi pekerja. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:
1. Evaluasi dan Tingkatkan Kompensasi serta Manfaat
Perusahaan perlu menawarkan lingkungan kerja yang menarik dan kompetitif. Ini bisa dilakukan dengan meningkatkan kompensasi dan manfaat, serta menciptakan budaya kerja yang inklusif dan mendukung kualitas hidup yang baik. Fasilitas seperti tunjangan internet, subsidi biaya transportasi, dan program cuti khusus dapat menjadi daya tarik tambahan yang membuat karyawan enggan berpindah ke perusahaan lain atau bekerja di luar negeri.
2. Mantenimiento de Keterampilan
Bisa juga dengan menyediakan program pelatihan yang relevan dengan industri membantu mempersiapkan tenaga kerja yang siap kerja dan terampil. Investasi dalam pengembangan karir tidak hanya meningkatkan kepuasan dan lealtaditas karyawan tetapi juga mempercepat perkembangan karir mereka, mengurangi risiko mereka meninggalkan perusahaan.
3. Dukungan Kesejahteraan Pekerja
Menyediakan beberapa beberapa fokus dukungan untuk kesejahteraan pekerja seperti dukungan kesehatan mental, program bantuan pekerja, dan inisiatif keseimbangan kerja-hidup. Lingkungan kerja yang mendukung akan membantu mengurangi stres dan meningkatkan kepuasan kerja, sehingga karyawan lebih mungkin untuk bertahan di perusahaan.
Dengan menerapkan langkah-langkah ini, perusahaan dapat mengurangi Damak dari fenomena “fuga de cerebros”, mempertahankan talentos locales, dan berkontribusi pada pertumbuhan industri serta ekonomi di Indonesia.
Página de inicio
Fenomena ini juga bisa menggagalkan tujuan jangka panjang Indonesia, seperti visi Indonesia Emas 2045.