Home Noticias Aisah Dahlan Ungkap Bahaya Orangtua Sering Salahkan Anak Sulung, Bisa Sampai ke...

Aisah Dahlan Ungkap Bahaya Orangtua Sering Salahkan Anak Sulung, Bisa Sampai ke Narkoba

13
0
Praktisi dan Peneliti Neuroscience Dokter Aisah Dahlan


Selasa, 4 de junio de 2024 – 04:48 WIB

VIVA Crianza – Bertengkar dengan saudara merupakan salah satu hal yang wajar terjadi. Namun sayangnya, di luar sana masih banyak orangtua yang malah menyalahkan satu pihak atas pertengkaran yang terjadi.

Baca Juga:

Marak Orangtua Lakukan Kekerasan ke Anak, Psikolog Beberkan Penyebabnya

Tak sedikit orangtua yang menitikberatkan kesalahan pada anak sulung ketika terjadi pertengkaran antar saudara. Padahal, kebiasaan seperti ini bisa berdampak buruk pada anak sulung. ¿Benarka? Yuk, desplácese hasta tahu lebih lanjut.

Hal ini diungkap oleh praktisi neuroparenting, dr. Aisah Dahlan en el podcast bersama Nikita Willy. Diungkap Aisah Dahlan, budaya Indonesia selalu membuat anak sulung menjaga dan membimbing adik-adiknya. Namun kenyataannya, tugas seperti itu justru memberatkan anak tersebut.

Baca Juga:

Polisi Temukan 2 Lubang di Lokasi Bocah Tewas Dibungkus Karung di Bekasi, Ada Korban Lain?

“Itu kasian ya, sebenarnya budaya kita orangtua ingin anak sulungnya menjaga, membimbing dan sebagainya. Tapi kan berat loh, anak sulung”, kata dia dikutip dari tayangan Oficial de YouTube Nikita Willy, fecha del 3 de junio de 2024.

Baca Juga:

Terlilit Utang, Anak Gogon Sempat Tawarkan Rumahnya ke Cak Lontong

Lebih lanjut, menurut Aisah Dahlan, secara teori ketika terjadi pertengkaran antara saudara kandung karena permainan, orangtua harusnya bisa melakukan tindakan semacam sidang. Dalam hal ini orangtua duduk bersama dengan anak-anaknya untuk minta diceritakan bagaimana kronologi pertengkaran concisamente.

“Itu harus dibawa seperti sidang bersama, harus tanyakan kepada si kakak, si adik, tanyakan kronologinya. Hanya itu kan menghabiskan waktu. Masalahnya ibu-ibu tidak memiliki waktu lagi memberikan persidangan ini”, sambungnya.

Persidangan semacam itu, kata Aisah Dahlan memiliki banyak manfaat pembelajaran untuk anak-anak. Mulai dari mereka bisa mengungkapkan emosi dan amarahnya hingga anak-anak bisa saling memaafkan satu sama lain.

“Padahal di situ ada proses pembelajaran yang luarbiasa, si anak boleh mengungkapkan apa kekesalannya, kemarahannya. Kemudian setiap anak menjelaskan kronologinya dari sudut pandangnya setiap anak. Akhirnya tau siapa yang salah siapa yang khilaf, dan di situ akan terjadi saling maaf-memaafkan, ” ujarnya.

Aisah menambahkan, meski hal tersebut bisa memakan waktu hingga 1 jam, namun ketika hal tersebut dilakukan secara rutina permasalahan akan bisa diselesaikan hanya dalam 15 menit.

“Tetapi pada saat sudah dibiasakan seperti itu setiap kali ada persaingan, ya itu 15 menit akan selesai. Karena anak dan ibu sudah terbiasa ‘menurut kakak gimana, menurut adek gimana?’ Mereka akan menceritakan kronologisnya”, tuturnya.

Sementara itu, dr. Aisah menjelaskan ada beberapa humedadk negatif yang terjadi ketika orangtua selalu menyalahkan anak sulungnya. Salah satunya adalah masalah kenakalan remaja seperti penyalahgunaan narkoba.

“Karena kalau anak sulung berat banget anak sulung ini, karena bukan apa-apa kalau adiknya yang salah. Makanya di dalam penyimpangan pas dia dewasa dan sebagainya. Saya sering pada saat konseling sama anak yang kena dan dia posisinya anak sulung, marahnya dia karena ‘ aku terus aku terus yang disuruh jagain adik, aku terus yang disalahin padahal adek yang salah’”, pungkas Aisah Dahlan.

Halaman Selanjutnya

Persidangan semacam itu, kata Aisah Dahlan memiliki banyak manfaat pembelajaran untuk anak-anak. Mulai dari mereka bisa mengungkapkan emosi dan amarahnya hingga anak-anak bisa saling memaafkan satu sama lain.

Halaman Selanjutnya





Fuente